FEAR
Geo Farel Sanjaya X Keyanu Hana Athala
cerita ini aslinya aku buat uutuk hari bahasa di sekolah yg cerita ini akan disatukan dengan cerita lain dlm bentuk buku. tapi karena aku lupa ngirim jdi ya begitu.
kalian bisa berimajinasi sesuka hati wajah dari karakter saat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Little
space adalah sebuah sindrom dimana penderitanya bertingkah layaknya anak - anak
atau bayi.
Little
space disebabkan oleh stres berat atau trauma di masa dewasa, sehingga membuat
penderitanya ingin kembali ke masa kecil yang mana tidak mengenal masalah dan
dipenuhi kebahagiaan.
Karena
penderitanya bertingkah seperti anak - anak yang belum mengetahui apa - apa,
maka penderita sindrom ini memerlukan caregiver (pengasuh) yang akan menjaganya
selama penderita berada dalam little space dan memberikan kasih sayang yang
membuatnya bahagia.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dua perawat menjaga pasien-mencekal kedua
tangannya-untuk tetap di tempatnya. Setelah dirasa sang pasien tak banyak
bergerak, segera mereka menyuntikkan obat penenang, dan perlahan sang pasien
kembali terlelap di atas ranjang.
Wanita setengah paru baya terlihat keluar
dari sebuah ruangan,
"Maaf, ini benar - benar diluar
perkiraanku sebagai dokter." Dokter tersebut kembali memasuki ruangannya,
meninggalkan wanita tersebut yang siap menumpahkan air matanya kapan saja.
Anak gadis yang paling disayanginya
ternyata sembuh lebih lama dari perkiraan dokter. Putrinya, Keyanu Hana Athala,
yang merupakan salah satu korban penculikan dan terhitung dirinya hampir tiga
bulan lamanya dirawat di rumah sakit.
Walau lukanya sudah sembuh, tapi tidak
dengan mentalnya. Dirinya menderita trauma berat dan sembuh lebih lama dari
perkiraan dokter yang hanya tiga bulan.
"Ma, Mama harus kuat demi Hana, jangan
bersedih Ma," Rizky Putra Athala, si sulung air mata di pipi mamanya.
"Sudah ada kabar dimana Geo?"
Rizky menggeleng. Dirinya baru saja kembali dari mencari kekasih adiknya, Geo
Farel Sanjaya yang menghilang bak ditelan bumi.
Setiap kali Hana siuman, yang pertama
dicarinya ialah Geo yang mana jawabannya selalu sama, tak ada keberadaan sosok
kekasihnya. Dan setelahnya Hana meneriakkan nama Geo sambil menangis meraung,
melempar benda di dekatnya dan menyakiti perawat yang mencoba menenangkannya.
—Dua
bulan kemudian—
Hana pulang dari rumah sakit tiga hari yang
lalu, dirinya masih mengalami trauma sehingga membuatnya harus menjalani terapi
beberapa kali. Selain itu Hana juga menderita phobia yang terbilang cukup
banyak
Aphenphosmphobia
[phobia disentuh]
Claustrophobia
[phobia ruang sempit]
Aguraphobia
[phobia keramaian]
Achiuophobia
[phobia kegelapan]
Hari ini Hana masuk kuliah setelah sekian
lama, ditemani temannya Azka,
"Tolong jaga Hana ya," Azka
mengangguk mantap. Keduanya berjalan menuju halte bus dengan Hana yang terus
memegangi tangan temannya. Ia sangat waspada.
Hana ditinggal Azka di kantin sendirian.
Temannya itu pergi membeli makanan untuknya dan Hana. Ia menatap sekitarnya
awas. Keringat meluncur deras dari pelipisnya karena diperhatikan oleh yang
lain. Meremas kuat celana kain yang dipakainya sampai kukunya memutih, telapak
tangannya ikut berkeringat. Hana hanya menunduk menghindari dari semua tatapan
yang menatapnya.
Jantungnya berdetak kencang saat ada
seseorang yang memeluknya dari samping. Tangannya semakin kuat meremas.
"Aku rindu padamu Hana, akhirnya
setelah berbulan - bulan aku bisa memelukmu lagi." Ucap Geo yang datang
entah dari mana. Dan semakin mengeratkan pelukannya.
"L-lepas!" Hana berucap terbatas,
tapi tak diindahkan sama sekali oleh empunya, sampai-
"Hiks,, lepaskan aku, aku mohon,
hiks,," Geo tersentak, segera melepaskan pelukannya dan mengusap air mata
yang jatuh di pipi Hana lembut.
"Hana kenapa? Jangan menangis,"
Ia berusaha menghibur tapi tangisan Hana tak reda jua.
Kekasihnya yang kakaknya bilang tak pernah
muncul sosoknya sejak ia diculik, muncul di hadapannya tanpa rasa bersalah sama
sekali. Mengingat kekasihnya itu secara tak langsung mengingatkannya akan semua
mimpi buruk yang sayangnya kenyataan.
Hana memberontak saat Geo mencoba
memeluknya kembali. Sampai Azka datang dan segera memeluk Hana yang masih
menangis,
"Key tak apa?" Tak ada jawaban.
Ia beralih menatap Geo tajam.
"Apa yang kau lakukan pada Hana
sialan!!" Sedang empunya tak menjawab, masih menatap Hana.
Azka menggoyang tubuh sahabatnya yang
berhenti terisak dibahunya. Sampai Geo mengambil alih tubuh Hana,
menggendongnya ala bridal dan lekas berlari menuju parkiran. Mengendarai
mobilnya menuju rumah sakit.
Geo duduk di kursi yang tersedia di
sepanjang koridor. Di dekatnya Azka baru saja selesai menelfon Rizky. Tangannya
sesekali me jam ak rambutnya, air mata berkumpul di pelupuk matanya, siap
tumpah kapan saja sedang bibirnya terus bergumam, "Kakak Key,"
Beberapa menit kemudian, Rizky datang.
Amarah ya memuncak saat melihat orang yang dicarinya selama ini, langsung saja
menarik kerah bajunya dan meninjau rahang pemuda di depannya keras sampai jatuh
tersungkur.
Sambil memegangi rahangnya, Geo menangis
keras seperti anak kecil yang kehilangan permennya.
"Hiks,, Jiji nakal, hiks, jangan pukul
Jiji lagi kak, hiks, Jiji bad boy, Jiji juga lindu kakak key,
hiks," Ucapnya dengan aksen cadel seperti anak kecil. Rizky melongo, baru
pertama ini ia melihat Geo yang berbeda. Ada apa dengan anak ini?
Batinnya.
Rizky mendekati Geo, tapi anak itu
menghindar semakin berusaha mengenggelamkan tubuhnya ke tembok. Di saat yang
bersamaan, sang dokter keluar,
" Apa ada keluarga dari pasien?"
Segera Rizky mengangkat tangannya.
"Hana tak kenapa - napa, hanya syok
saja sampai pingsan, ditambah phobianya membuat Hana lebih mudah pingsan. Lain
kali tolong lebih hati - hati. Sekarang kalian boleh menjenguknya."
Seusai sang dokter pergi, Geo segera
berlari masuk. Menggenggam jemari Hana yang masih menutup mata,
" Jiji lindu kakak, hiks,, maafin Jiji
kakak Key," Kelopak mata Hana bergerak kecil sampai akhirnya terbuka
sempurna dengan perlahan," Jiji?"
—Flashback
on—
Geo kecil sedang asyiknya bermain sendiri
dengan balok - balok kayu di ruang tamu. Kondisi rumahnya yang terbilang besar
saat itu sepi. Sampai mamanya datang, Geo berseri senang serta mengembangkan
senyum lima jari,
"Gege sedang apa?" Mamanya
bertanya sambil mengeluh rambut arang Geo.
"Gege senang rambutnya Mama
elus?" Geo kecil mengangguk mantap, setelahnya membawa sang anak masuk ke
dekapannya. Dibalas dengan si kecil yang semakin mengeratkan pelukan, takut
mamanya melepas pelukannya dan pergi lagi.
"Ingin di peluk Mama terus?" Geo
mengangguk. Mamanya melepas pelukannya, tapi tangannya masih mengelus rambut
Geo.
"Tapi sayang, ada syaratnya." Mata
Geo berbinar, apapun akan ia lakukan demi bisa merasakan kasih sayang sang mama
yang tak pernah ia dapatkan semenjak bayi.
"Geo harus membunuh papa,"
Kepalanya dimiringkan-tak paham-maksud Mamanya.
"Caranya seperti ini,"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Geo menangis keras, merentangkan kedua
tangannya yang bermandikan darah pada mamanya, kode meminta gendong.
"JANGAN DEKATI AKU KAU ANAK SETAN!
PERGI DARI SINI!!" Geo semakin menangis keras,
"Mama,, hiks,, Mama,," Geo masih
berusaha menggapai Mamanya,
"AKU BUKAN MAMAMU SIALAN!!! AKU TAK
PERNAH SUDI PUNYA ANAK SEPERTI MU!!" Mamanya berlari meninggalkan kamar
Geo, dan menguncinya dari luar. Setelahnya Geo tak pernah bertemu dengan
mamanya lagi.
Geo tumbuh besar tanpa kasih sayang orang
tua, hanya maid yang selalu menemaninya dan menjaganya.
Disamping mamanya yang pergi
meninggalkannya, tak pernah ada rasa benci di hatinya bagi sosok yang telah
melahirkannya. Yang ada, ia merindukan sosok tersebut.
Usia 17 tahun pertama kalinya Geo masuk ke
little space, menjadi anak kecil kembali dan berharap mamanya kembali
datang dan memeluknya.
Saat di little space, Geo selalu
memanggil wanita yang ditemuinya mama, dan memanggil dirinya sendiri Jiji,
berbicara dengan aksen cadel seperti anak kecil yang tak bisa berbicara R dan
S. Sampai Keyanu datang. Selain kekasih, Hana juga pengasuh serta Mama bagi Geo
dan Jiji
—Flashback
off—
Jiji berteriak senang saat Hana bangun,
segera ia memeluk Hana kencang.
"Jiji kenapa?" Tanyanya sambil
mengeluh rambut pemudanya,
"Jiji lindu kakak Key, hiks, jangan
tinggalkan Jiji kak,," Hana terkekeh,
"Tak akan, kakak sayang Jiji."
pemudanya semakin mengeratkan pelukan, lalu berucap, "thayang kakak Key
juga."
Demi kesembuhan Hana, ia kembali dirawat di
rumah sakit. Dengan saran dokter, Hana harus dirawat lebih intens, serta
memberi kasih sayang pada pasien dapat membantu pasien agar sembuh lebih cepat.
"Kakak haluth cepat thembuh. Nanti
bitha main dengan Jiji lagi, Jiji thayang kakak," Hana senang dengan
keberadaan Jiji di sekitarnya, tapi tidak dengan keberadaan Geo besar. Sifatnya
berbeda 180 derajat jika berhadapan dengan Geo besar.
.
.
.
.
.
.
.
.
Saat ini Hana tengah melangkah perlahan
menuju tembok pembatas di atap rumah sakit.
Rambut panjangnya yang hitam legam berkibar
akibat diterpa angin kencang. Ia memanjat tembok pembatas dengan kedua tangan
direntangkan ke samping.
Satu langkah ke depan, Hana akan terjun
bebas dari atap.
Air mata jatuh membasahi pipinya.
Pikirannya kembali melayang pada kekasihnya ; Jiji dan Geo. Pemudanya sempat
meminta agar Hana tak meninggalkannya. Ia berusaha berpikir jika pemudanya itu
akan baik - baik saja saat Hana pergi. Hana mencintai Geo, tapi eksistensi
pemuda itu membawa dampak buruk baginya.
Ia terlalu muak dengan kehidupan di dunia.
Hana siap terjun bebas sebelum sebuah
tangan menahannya. Geo menahannya sambil berderai air mata, "Jangan pergi
Hana, Hana berjanji tak akan pergi, dan Hana selalu mengajarkan padaku untuk
jangan mengingkari janji yang dibuat sendiri." Di balas senyuman tipis
oleh gadisnya.
"Apa tampanku ini tak rindu dengan
Papanya?" Geo mengangguk,
"Kalau begitu, ayo ikut Hana supaya
Geo bisa bertemu Papa, kenalkan Hana pada Papa. Ayo bahagia bersama Papa dan
Hana, Geo mau? Papa pasti memaafkan anaknya yang tampan ini," Tanyanya
seraya mengelus rahang tegas milik Geo.
Dan pemudanya mengangguk, perlahan tapi
pasti ikut memanjat tembok pembatas.
Keduanya bergandengan erat, didekapnya
gadisnya itu erat.
"Geo selalu sayang Mama, tapi Geo
lebih memilih bersama Hana dan Papa." Gumamnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Geo Farel Sanjaya dan Keyanu Hana Athala
dinyatakan tewas bunuh diri terjun dari rumah sakit 12 lantai.
—Fin
