Rabu, 15 Mei 2019

ONESHOOT STORY


FEAR

Geo Farel Sanjaya X Keyanu Hana Athala

cerita ini aslinya aku buat uutuk hari bahasa di sekolah yg cerita ini akan disatukan dengan cerita lain dlm bentuk buku. tapi karena aku lupa ngirim jdi ya begitu.

kalian bisa berimajinasi sesuka hati wajah dari karakter saat membaca


.
.
.
.
.
.
.
.
.
Little space adalah sebuah sindrom dimana penderitanya bertingkah layaknya anak - anak atau bayi.

Little space disebabkan oleh stres berat atau trauma di masa dewasa, sehingga membuat penderitanya ingin kembali ke masa kecil yang mana tidak mengenal masalah dan dipenuhi kebahagiaan.

Karena penderitanya bertingkah seperti anak - anak yang belum mengetahui apa - apa, maka penderita sindrom ini memerlukan caregiver (pengasuh) yang akan menjaganya selama penderita berada dalam little space dan memberikan kasih sayang yang membuatnya bahagia.







.
.
.
.
.
.
.
.


Dua perawat menjaga pasien-mencekal kedua tangannya-untuk tetap di tempatnya. Setelah dirasa sang pasien tak banyak bergerak, segera mereka menyuntikkan obat penenang, dan perlahan sang pasien kembali terlelap di atas ranjang.

Wanita setengah paru baya terlihat keluar dari sebuah ruangan,
"Maaf, ini benar - benar diluar perkiraanku sebagai dokter." Dokter tersebut kembali memasuki ruangannya, meninggalkan wanita tersebut yang siap menumpahkan air matanya kapan saja.

Anak gadis yang paling disayanginya ternyata sembuh lebih lama dari perkiraan dokter. Putrinya, Keyanu Hana Athala, yang merupakan salah satu korban penculikan dan terhitung dirinya hampir tiga bulan lamanya dirawat di rumah sakit.

Walau lukanya sudah sembuh, tapi tidak dengan mentalnya. Dirinya menderita trauma berat dan sembuh lebih lama dari perkiraan dokter yang hanya tiga bulan.

"Ma, Mama harus kuat demi Hana, jangan bersedih Ma," Rizky Putra Athala, si sulung air mata di pipi mamanya.

"Sudah ada kabar dimana Geo?" Rizky menggeleng. Dirinya baru saja kembali dari mencari kekasih adiknya, Geo Farel Sanjaya yang menghilang bak ditelan bumi.

Setiap kali Hana siuman, yang pertama dicarinya ialah Geo yang mana jawabannya selalu sama, tak ada keberadaan sosok kekasihnya. Dan setelahnya Hana meneriakkan nama Geo sambil menangis meraung, melempar benda di dekatnya dan menyakiti perawat yang mencoba menenangkannya.



—Dua bulan kemudian—



Hana pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu, dirinya masih mengalami trauma sehingga membuatnya harus menjalani terapi beberapa kali. Selain itu Hana juga menderita phobia yang terbilang cukup banyak

Aphenphosmphobia [phobia disentuh]
Claustrophobia [phobia ruang sempit]
Aguraphobia [phobia keramaian]
Achiuophobia [phobia kegelapan]

Hari ini Hana masuk kuliah setelah sekian lama, ditemani temannya Azka,
"Tolong jaga Hana ya," Azka mengangguk mantap. Keduanya berjalan menuju halte bus dengan Hana yang terus memegangi tangan temannya. Ia sangat waspada.

Hana ditinggal Azka di kantin sendirian. Temannya itu pergi membeli makanan untuknya dan Hana. Ia menatap sekitarnya awas. Keringat meluncur deras dari pelipisnya karena diperhatikan oleh yang lain. Meremas kuat celana kain yang dipakainya sampai kukunya memutih, telapak tangannya ikut berkeringat. Hana hanya menunduk menghindari dari semua tatapan yang menatapnya.

Jantungnya berdetak kencang saat ada seseorang yang memeluknya dari samping. Tangannya semakin kuat meremas.

"Aku rindu padamu Hana, akhirnya setelah berbulan - bulan aku bisa memelukmu lagi." Ucap Geo yang datang entah dari mana. Dan semakin mengeratkan pelukannya.

"L-lepas!" Hana berucap terbatas, tapi tak diindahkan sama sekali oleh empunya, sampai-

"Hiks,, lepaskan aku, aku mohon, hiks,," Geo tersentak, segera melepaskan pelukannya dan mengusap air mata yang jatuh di pipi Hana lembut.

"Hana kenapa? Jangan menangis," Ia berusaha menghibur tapi tangisan Hana tak reda jua.

Kekasihnya yang kakaknya bilang tak pernah muncul sosoknya sejak ia diculik, muncul di hadapannya tanpa rasa bersalah sama sekali. Mengingat kekasihnya itu secara tak langsung mengingatkannya akan semua mimpi buruk yang sayangnya kenyataan.

Hana memberontak saat Geo mencoba memeluknya kembali. Sampai Azka datang dan segera memeluk Hana yang masih menangis,
"Key tak apa?" Tak ada jawaban. Ia beralih menatap Geo tajam.
"Apa yang kau lakukan pada Hana sialan!!" Sedang empunya tak menjawab, masih menatap Hana.

Azka menggoyang tubuh sahabatnya yang berhenti terisak dibahunya. Sampai Geo mengambil alih tubuh Hana, menggendongnya ala bridal dan lekas berlari menuju parkiran. Mengendarai mobilnya menuju rumah sakit.

Geo duduk di kursi yang tersedia di sepanjang koridor. Di dekatnya Azka baru saja selesai menelfon Rizky. Tangannya sesekali me jam ak rambutnya, air mata berkumpul di pelupuk matanya, siap tumpah kapan saja sedang bibirnya terus bergumam, "Kakak Key,"

Beberapa menit kemudian, Rizky datang. Amarah ya memuncak saat melihat orang yang dicarinya selama ini, langsung saja menarik kerah bajunya dan meninjau rahang pemuda di depannya keras sampai jatuh tersungkur.

Sambil memegangi rahangnya, Geo menangis keras seperti anak kecil yang kehilangan permennya.
"Hiks,, Jiji nakal, hiks, jangan pukul Jiji lagi kak, hiks, Jiji bad boy, Jiji juga lindu kakak key, hiks," Ucapnya dengan aksen cadel seperti anak kecil. Rizky melongo, baru pertama ini ia melihat Geo yang berbeda. Ada apa dengan anak ini? Batinnya.

Rizky mendekati Geo, tapi anak itu menghindar semakin berusaha mengenggelamkan tubuhnya ke tembok. Di saat yang bersamaan, sang dokter keluar,
" Apa ada keluarga dari pasien?" Segera Rizky mengangkat tangannya.

"Hana tak kenapa - napa, hanya syok saja sampai pingsan, ditambah phobianya membuat Hana lebih mudah pingsan. Lain kali tolong lebih hati - hati. Sekarang kalian boleh menjenguknya."

Seusai sang dokter pergi, Geo segera berlari masuk. Menggenggam jemari Hana yang masih menutup mata,
" Jiji lindu kakak, hiks,, maafin Jiji kakak Key," Kelopak mata Hana bergerak kecil sampai akhirnya terbuka sempurna dengan perlahan," Jiji?"




—Flashback on—




Geo kecil sedang asyiknya bermain sendiri dengan balok - balok kayu di ruang tamu. Kondisi rumahnya yang terbilang besar saat itu sepi. Sampai mamanya datang, Geo berseri senang serta mengembangkan senyum lima jari,

"Gege sedang apa?" Mamanya bertanya sambil mengeluh rambut arang Geo.
"Gege senang rambutnya Mama elus?" Geo kecil mengangguk mantap, setelahnya membawa sang anak masuk ke dekapannya. Dibalas dengan si kecil yang semakin mengeratkan pelukan, takut mamanya melepas pelukannya dan pergi lagi.

"Ingin di peluk Mama terus?" Geo mengangguk. Mamanya melepas pelukannya, tapi tangannya masih mengelus rambut Geo.

"Tapi sayang, ada syaratnya." Mata Geo berbinar, apapun akan ia lakukan demi bisa merasakan kasih sayang sang mama yang tak pernah ia dapatkan semenjak bayi.

"Geo harus membunuh papa," Kepalanya dimiringkan-tak paham-maksud Mamanya.

"Caranya seperti ini,"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Geo menangis keras, merentangkan kedua tangannya yang bermandikan darah pada mamanya, kode meminta gendong.

"JANGAN DEKATI AKU KAU ANAK SETAN! PERGI DARI SINI!!" Geo semakin menangis keras,

"Mama,, hiks,, Mama,," Geo masih berusaha menggapai Mamanya,
"AKU BUKAN MAMAMU SIALAN!!! AKU TAK PERNAH SUDI PUNYA ANAK SEPERTI MU!!" Mamanya berlari meninggalkan kamar Geo, dan menguncinya dari luar. Setelahnya Geo tak pernah bertemu dengan mamanya lagi.

Geo tumbuh besar tanpa kasih sayang orang tua, hanya maid yang selalu menemaninya dan menjaganya.

Disamping mamanya yang pergi meninggalkannya, tak pernah ada rasa benci di hatinya bagi sosok yang telah melahirkannya. Yang ada, ia merindukan sosok tersebut.

Usia 17 tahun pertama kalinya Geo masuk ke little space, menjadi anak kecil kembali dan berharap mamanya kembali datang dan memeluknya.

Saat di little space, Geo selalu memanggil wanita yang ditemuinya mama, dan memanggil dirinya sendiri Jiji, berbicara dengan aksen cadel seperti anak kecil yang tak bisa berbicara R dan S. Sampai Keyanu datang. Selain kekasih, Hana juga pengasuh serta Mama bagi Geo dan Jiji



—Flashback off—



Jiji berteriak senang saat Hana bangun, segera ia memeluk Hana kencang.
"Jiji kenapa?" Tanyanya sambil mengeluh rambut pemudanya,

"Jiji lindu kakak Key, hiks, jangan tinggalkan Jiji kak,," Hana terkekeh,       
"Tak akan, kakak sayang Jiji." pemudanya semakin mengeratkan pelukan, lalu berucap, "thayang kakak Key juga."

Demi kesembuhan Hana, ia kembali dirawat di rumah sakit. Dengan saran dokter, Hana harus dirawat lebih intens, serta memberi kasih sayang pada pasien dapat membantu pasien agar sembuh lebih cepat.

"Kakak haluth cepat thembuh. Nanti bitha main dengan Jiji lagi, Jiji thayang kakak," Hana senang dengan keberadaan Jiji di sekitarnya, tapi tidak dengan keberadaan Geo besar. Sifatnya berbeda 180 derajat jika berhadapan dengan Geo besar.

.
.
.
.
.
.
.
.

Saat ini Hana tengah melangkah perlahan menuju tembok pembatas di atap rumah sakit.

Rambut panjangnya yang hitam legam berkibar akibat diterpa angin kencang. Ia memanjat tembok pembatas dengan kedua tangan direntangkan ke samping.

Satu langkah ke depan, Hana akan terjun bebas dari atap.

Air mata jatuh membasahi pipinya. Pikirannya kembali melayang pada kekasihnya ; Jiji dan Geo. Pemudanya sempat meminta agar Hana tak meninggalkannya. Ia berusaha berpikir jika pemudanya itu akan baik - baik saja saat Hana pergi. Hana mencintai Geo, tapi eksistensi pemuda itu membawa dampak buruk baginya.

Ia terlalu muak dengan kehidupan di dunia.

Hana siap terjun bebas sebelum sebuah tangan menahannya. Geo menahannya sambil berderai air mata, "Jangan pergi Hana, Hana berjanji tak akan pergi, dan Hana selalu mengajarkan padaku untuk jangan mengingkari janji yang dibuat sendiri." Di balas senyuman tipis oleh gadisnya.

"Apa tampanku ini tak rindu dengan Papanya?" Geo mengangguk,

"Kalau begitu, ayo ikut Hana supaya Geo bisa bertemu Papa, kenalkan Hana pada Papa. Ayo bahagia bersama Papa dan Hana, Geo mau? Papa pasti memaafkan anaknya yang tampan ini," Tanyanya seraya mengelus rahang tegas milik Geo.

Dan pemudanya mengangguk, perlahan tapi pasti ikut memanjat tembok pembatas.

Keduanya bergandengan erat, didekapnya gadisnya itu erat.
"Geo selalu sayang Mama, tapi Geo lebih memilih bersama Hana dan Papa." Gumamnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Geo Farel Sanjaya dan Keyanu Hana Athala dinyatakan tewas bunuh diri terjun dari rumah sakit 12 lantai.





—Fin




thank you <3


 

ORANGE WORLD Template by Ipietoon Cute Blog Design